Senin, 03 Mei 2010

BAGAIMANA MEMBANGUN POLA BERPIKIR KRITIS PADA SISWA

A. Abstrak
Berpikir kritis adalah mengaplikasikan rasional, kegiatan berpikir yang tinggi, yang meliputi kegiatan menganalisis, mensintesis, mengenal permasalahan dan pemecahannya, menyimpulkan, dan mengevaluasi. Berpikir kritis yaitu proses intelektual yang aktif dan penuh dengan ketrampilan dalam membuat pengertian atau konsep, mengaplikasikan, menganalisis, membuat sintesis, dan mengevaluasi. Semua kegiatan tersebut berdasarkan hasil observasi, pengalaman, pemikiran, pertimbangan, dan komunikasi, yang akan membimbing dalam menentukan sikap dan tindakan. Berpikir kritis ialah sebuah proses yang menekankan kepada sikap penentuan keputusan sementara, memberdayakan logika yang berdasarkan inkuiri dan pemecahan masalah yang menjadi dasar dalam menilai sebuah perbuatan atau pengambilan keputusan. Berpikir merupakan salah satu proses berpikir tingkat tinggi yang dapat digunakan dalam pembentukan system konseptual siswa.
B. Pendahuluan
Berpikir kritis juga merupakan kegiatan mengevaluasi–mempertimbangkan kesimpulan yang akan diambil manakala menentukan beberapa faktor pendukung untuk membuat keputusan. Berpikir kritis juga biasa disebut directed thinking, sebab berpikir langsung kepada fokus yang akan dituju.
Pendapadat senada dikemukakan Anggelo (1995:6), berpikir kritis adalah mengaplikasikan rasional, kegiatan berpikir yang tinggi, yang meliputi kegiatan menganalisis, mensintesis, mengenal permasalahan dan pemecahannya, menyimpulkan, dan mengevaluasi.
Pernyataan tersebut ditegaskan kembali oleh Angelo (1995:6), bahwa berpikir kritis harus memenuhi karakteristik kegiatan berpikir yang meliputi : analisis, sintesis, pengenalan masalah dan pemecahannya, kesimpulan, dan penilaian.


C. Pembahasan
Tahapan berpikir kritis
a. Ketrampilan menganalisis, ketrampilan menganalisis merupakan suatu ketrampilan menguraikan sebuah struktur ke dalam komponen-komponen agar mengetahui pengorganisasian struktur tersebut.
Dalam ketrampilan tersebut tujuan pokoknya adalah memahami sebuah konsep global dengan cara menguraikan atau merinci globalitas tersebut ke dalam bagian-bagian yang lebih kecil dan terperinci. Pertanyaan analisis, menghendaki agar pembaca mengidentifikasi langkah-langkah logis yang digunakan dalam proses berpikir hingga sampai pada sudut kesimpulan Kata-kata operasional yang mengindikasikan ketrampilan berpikir analitis, diantaranya: menguraikan, membuat diagram, mengidentifikasi, menggambarkan, menghubungkan, merinci, dsb.
b. Ketrampilan mensintesis, ketrampilan mensintesis merupakan ketrampilan yang berlawanandengan ketrampilan menganalisi. Ketrampilan mensintesis adalah ketrampilan menggabungkan bagian-bagian menjadi sebuah bentukan atau susunan yang baru.
Pertanyaan sistesis menurut pembaca untuk menyatupadukan semua informasi yang diperoleh dari materi bacaannya, sehingga dapat menciptakan ide-ide baru yang tidak dinyatakan secara eksplisit di dalam bacaannya. Pertanyaan sistesis ini member kesempatan untuk berpikir bebas terkontrol. Ketrampilan mengenal dan memecahkan masalah, ketrampilan ini merupakan ketrampilan aplikatif konsep kepada beberpa pengertian baru. Ketrampilan ini menuntut pembaca untuk memahami bacaan dengan kritis sehingga setelah kegiatan membaca selesai siswa mampu menangkap beberapa pikiran pokok bacaan, sehingga mampu mempola sebuah konsep. Tujuan ketrampilan ini bertujuan agar pembaca mampu memahami dan menerapkan konsep-konsep ke dalam permasalahan atau ruang lingkup baru.
c. Ketrampilan menyimpulkan, ketrampilan menyimpulkan ialah kegiatan akal pikiran manusia berdasarkan pengertian/pengetahuan (kebenaran) yang dimilikinya, dapat beranjak mencapai pengertian/pengetahuan (kebenaran) yang baru yang lain.
Berdasarkan pendapat tersebut dapat dipahami bahwa ketrampilan ini menuntut pembaca untuk mampu menguraikan dan memahami berbagai aspek secara bertahap agar sampai kepada suatu formula baru yaitu sebuah simpulan. Proses pemikiran manusia itu sendiri, dapat menempuh dua cara, yaitu: deduksi dan induksi. Jadi, kesimpulan merupakan sebuah proses berpikir yang memberdayakan pengetahuannya sedemikian rupa untuk menghasilkan sebuah pemikiran atau pengetahuan yang baru.
d. Ketrampilan mengevaluasi atau menilai, ketrampilan ini menuntut pemikiran yang matang dalam menentukan nilai sesuatu dengan berbagai kreteria yang ada.
Ketrampilan menilai menghendaki pembaca agar memberikan penilaian tentang nilai yang diukur dengan menggunakan standar tertentu.
Dalam taksonomi belajar, menurut Bloom, ketrampilan mengevaluasi merupaka tahap berpikir kognitif yang paling tinggi. Pada tahap ini siswa dituntut agar ia mampu mensinergikan aspek-aspek kognitif lainnya dalam menilai sebuah fakta atau konsep.
Pengukuran indicator-indikator yang dikemukakan oleh beberapa ahli di atas dapat dilakukan dengan menggunakan universal intellectual standars. Pernyataan ini diperkuat oleh pendapat Paul, (2000:1) dan Sciven (2000:1) yang menyatakan, bahwa pengukuran ketrampilan berpikir kritis dapat dilakukan dengan menjawab pertanyaan : “Sejauh manakan siswa mampu menerapkan standar intelektual dalam kegiatan berpikirnya”.
Universal intellectual standars adalah standarisasi yang harus diaplikasikan dalam berpikir yang digunakan untuk mengecek kualitas pemikiran dalam merumuskan permasalahan, isu-isu, atau situasi-situasi tertentu. Berpiklir kritis harus selalu mengacu dan berdasar kepada standar tersebut.

D. Kesimpulan
Berpikir kritis adalah cara berpikir reflektif yang masuk akal atau berdasarkan nalar yang difokuskan untuk menentukan apa yang harus diyakini dan dilakukan.
Berpikir kritis harus memenuhi karakteristik kegiatan berpikir yang meliputi : analisis, sintesis, pengenalan masalah dan pemecahannya, kesimpulan, dan penilaian.


DAFTAR KEPUSTAKAAN
Bobbi De Porter & Mike Hernacki, 2001, Quantum Learning, Membiasakan Belajar Nyaman dan menyenangkan. Bandung: KAIFA
Hakim, Thursan, 2001, Belajar Secara Efektif, Surabaya, Usaha Nasional.
Nawawi Hadari, 1997, Belajar dan Teori Pembelajaran, Jakarta, Universitas Terbuka.
I Nyoman Degeng, 2008, Strategi Pembelajaran Penataan Dan Penyampaian Isi , Surabaya, Universitas PGRI Adi Bhuana Surabaya
Oemar Hamalik, 2008, Kurikulum Dan Pembelajaran, Jakarta PT Bumi Aksara.
Yatim Riyanto, 2009, Surabaya, Paradigma Baru Pembelajaran, Kencana Prenada Media Group.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar