Senin, 03 Mei 2010

CARA MENGAJAR YANG MENYENANGKAN

Kegiatan paling awal dari pembelajaran adalah menarik perhatian dan menyenangkan siswa agar peristiwa-peristiwa pembelajaran berikutnya dapat berjalan dengan baik.
Perhatian si pembelajar dapat ditingkatkan dengan memberikan perubahan-perubahan rangsangan
Sekolah harus menjadi ajang kegiatan yang paling menyenangkan . Belajar secara menyenangkan, bagaimana caranya? Mengapa pemelajar akan sangat efektif apabila si pemelajar berada dalam keadaan yang menyenangkan? Apakah menyenangkan berarti para pemelajar bebas melakukan apa yang disukainya? Atau, apakah menyenangkan berarti sebuah kegiatan belajar itu tidak menekan, tidak mengancam, dan tidak memberdaya para siswa?
Menyenangkan atau membuat suasana belajar dalam keadaan gembira bukan berarti menciptakan suasana ribut dan hura-hura. Ini tidak ada hubungannya kesenangan yangh sembrono kemeriyahan yang dfangkal. Kkegembiraan disini berarti bangkitnya minat, atau keterlibatan penuh, sertaterciptanya makn, pemahaman, (penguasaan atas materi yang dipelajari), dan nilai yang membahagiakan pada diri si pemelajar. Itu semua adalah kegembiraan dalam melahirkan sesuatu yang baru. Dan penciptaan kegembiraan ini jauh lebih penting ketimbang segala teknik atau metode atau medium yang mungkin dipilih untuk digunakan.
Mungkin ada rumusan tentang menyenangkan dalam konteks lain. Namun mari kitabahas lebih dahulu rumusan yang diajukan oleh Meier. Dari rumusan di atas, akan kita dapati beberapa komponen pembangun suasana yang menyenangkan tersebut.
Pertama, bangkitkan minat. Kedua, adanya keterlibatan. Ketiga, terciptanya makna. Keempat, adanya pemahaman atau penguasaan materi. Kelima, munculnya nilai yang membahagiakan. Lantas, dari gabungan seluruh komponen pembangun suasana yang menyenangkan tersebut, niscaya akan lahirlah kemudian yang baru.

Pertama, soal bangkitnya minat. Dalam kamus besar Bahasa Indonesia, minat diartikan sebagai kecenderungan hati yang tinggi terhadap sesuatu. Dalam bahasa yang lebih simpel, minat kadang dipadankan juga dengan gairah atau keinginan yang menggebu-gebu. Jadi apabila kegembiraan dikaitkan dengan komponen pertama ini, maka jelas bahwa seorang pengajar atau pemelajar menjadi gembira lantaran di dalam dirinya memang ada keinginan mengajarkan atau mempelajari suatu materi pelajaran. Apabila di dalam diri seseorang tidak muncul gairah untuk mengajar atau belajar tentang hal-hal yang akan diajarkan atau dipelajari, maka di dalam lingkungan belajar-mengajar itu agak sulit dikatakan ada kegembiraan.

Kedua, adanya keterlibatan penuh si pemelajar dalam mempelajari sesuatu. Komponen kedua ini sangat bergantung pada keberadaan komponen pertama. Apakah mungkin seorang pemelajar dapat terlibat secara penuh dan aktif dalam mengikuti sebuah pelajaranapabila di dalam dirinya tidak adasama sekali keinginan atau gairah untuk mengikuti pelajaran tersebut? Apakah mungkin si pemelajar benar-benar mengonsentrasikan diri untuk fokus pada apa yang dipelajarinya apabila dia tidak terhubungkan secara batin dengan yang dipelajarinya. Keterlibatan memerlukan huungan timbal balik. Apa yang dipelajari dan siapa yang ingin mempelajari perlu ada jalinan yang akrab dan saling memahami.

Ketiga, ihwal terciptanya makna. Makna tidak mudah didefinisikan. Makna berkaitan erat dengan masing-masing pribadi. Makna kadang muncul secara sangat kuat dalam kontek yang personal. Kata yang mungkin paling dekat dan mudah kita pahami berkaitan dengan makna adalah terbitnya sesuatu yang memang mengesankan. Sesuatu yang mengesankan biasanya dapat menghadirkan makna. Jadi, apabila sebuah pembelajaran tidak dapat menimbulkan kesan mendalam terhadap pemelajar, maka mustahil ada makna. Apabila pembelajaran itu kering, monoton, dan hampa dari hal-hal yang membuat suasana menjadi segar dan ceria, tentulah akan sulit menciptakan makna dalam suatu pemelajaran.

Keempat, ihwal pemahaman atas materi yang dipelajari. Apabila minat seseorang pemelajar dapat ditumbuhkan ketika mempelajari sesuatu, lantas dia dapat terlibat secara aktif dan penuh dalam membahas materi-materi yang dipelajarinya, dan ujung-ujungnya diaterkesan dengan sebuah pemelajaran yang diikutinya, tentulah pemahaman akan materi yang dipelajarinya dapatmuncul secara sangat kuat. Rasa ingin tahu atau kehendak untuk menguasai materi yang dipelajarinya akan tumbuh secara hebat apabila dia berminat, terlibat, dan terkesan, Sebab ada kemungkinan ketika dia belajar sesuatu yang baru, dia kemudian dapat mengkaitkan hal-hal-hal baru itu dengan pengalaman lama yang sudah tersimpan di dalam dirinya.

Kelima, tentang nilai yang membahagiakan. Bahagia, menurut bahasa, adalah keadaan atau perasaan senang tentram (bebas dari segala yang menyusahkan). Berkaitan dengan belajar, bahagia adalah keadaan yang bebas dari tekanan, ketakutan, dan ancaman. Rasa bahagia yang dapat muncul di dalam diri si pemelajar bisa saja terjadi karena dia merasa mendapatkan makna ketika mempelajari sesuatu. Dirinya jadi berharga. Dirinya jadi tumbuh berkembang dan berbeda dengan sebelum-sebelumnya. Atau dia merasa bahagia karena selama menjalani pemelajaran dia diteguhkan sebagai seorang yang berpotensi dan dihargai jerih payahnya dalam memahami sesuatu.
Kebahagian tidak bergantung pada limpahan kekayaan, tulis Jalaluddin Rakhmat dalam meraih Kebahagian. Kebahagian tidak ditentukan oleh keberuntungan. Kebahagian ditentukan oleh perasaan ketersambungan dengan tujuan hidup, dengan masyarakat, dengan hal-hal spiritual, dengan apa saja yang bermakna. Jadi, kebermaknaan yang merupakan komponen ketiga dalam kontek membangun suasana gembira sangat berkaitan dengan nilai kebahagiaan. Kebermaknaan dalam pembelajaran akan membuahkan kebahagiaan bagi para pemelajar.
Apa kemudian hasil konkret dari suasana belajar yang menggembirakan ini? Sekali lagi, marilah kita merujuk kepada rumusan Dave Meier. Meier ternyata tidak hanya merumuskan hal-hal yang berkaitan dengan apa itu makna kegembiraan. Meier ternyata juga telah menyiapkan satu rumusan konkret dari sebuah pembelajaran yang menyenangkan.
Dan,menurutnya, pembelajaran yang menyenangkan adalah pembelajaran yang dapat membawa perubahan terhadap diri si pemelajar. Dalam kata-kata Meier, hal itu disampaikannya sebagai berikut :
Penelitian mengenai otak dan kaitannya dengan pembelajaran telah mengungkapkan fakta yang sangat mengejutkan : Apabila sesuatu dipelajari dengan sungguh-sungguh, struktur internal sistem saraf kimiawi (atau elektris) seseorangpun berubah. Hal-hal baru tercipta di dalam diri seseorang jaringan saraf baru, jalur elektris baru, asosiasi baru, dan koneksi baru. Dalam proses pembelajaran, para pemelajar harus diberi waktu agarhal-hal baru tersebut benar-benar terjadi di dalam dirinya.apabila tidak, tentu saja takkan ada yang melekat. Juga tak ada yang menyatu, dan tak ada yang benar-benar dipelajari. Pembelajaran adalah perubahan. Apabila tak ada waktu untuk berubah, berarti tidak ada pembelajaran sejati.
Coba perhatikan kata, sungguh-sungguh di atas. Kata-kata ini begitu bermakna dan sangat penting dalam usaha seseorang menjadikan proses belajarnya sebagai upaya untuk mengubah dirinya ke arah yang lebih baik. Sesungguhnya, secara otomatis, setiap orang yang mau dan mampu belajar, tentulah struktur dirinya berubah baik itu berkaitan dengan jaringan saraf baru atau munculnya koneksi sel saraf yang baru.
Sruktur diri yang berubah inibaru akan bermakna apabila orang yang menjalaninya benar-benar dalam keadaan bersungguh-sungguh ketika belajar. Kesungguhan dalam belajar akan membawa seseorang mementingkan proses dan bukan hasil.
Lantas bagaimana kita memahami pentingnya menghadirkan kegembiraan itu dalam belajar secara mudah. Bobbi DePorter dan mike Hernacki, dalam Quantum Learning, membahasakan kegembiraan itu dengan terbangunnya emosi positif.Siapa saja yang dfapat membangun emosi positif di dalam dirinya, tentulah ia akan dapat menghadirkan suasana gembira. Dan menurut DePorter dan hernacki, emosi positif akan membuat otak dapat bekerja secara optimal.
Bayangkan bahwa setiap selesai belajar atau mengajar, kita senantiasa memiliki emosi positif. Apabila kita dapat terus membangun emosi positif, tentulah hal-hal yang berkaitan dengan kehormatan diri dan kepercayaan diri akan semakin meningkat. Akhirnya, keberhasilan dalam belajar dan mengajar pun tidak harus dicapai secara seratus persen pada saat kita selesai melaksanakan belajar atau mengajar. Kita bisa mencapai di bawah seratus persen asal kemudian pencapaian kiat itu dapat terus ditingkatkan akibat dari rasa senang yang terus menjalar di dalam diri kita. Dan proses peningkatan pencapaian kesuksesan dalam belajar atau mengajar itu hanya dimungkinkan apabila kita dapat membangun emosi positif di dalam diri kita.
Dalam buku meraih kebahagiaan, sembari merujuk ke pelbagai penelitianpsikologis, Jalaluddin rakhmat menunjukkan kepada kita bahwa emosipositif akan memperluas pikiran dan tindakan serta membangun sumber daya personal, sementara emosi negatif akan menyempitkan pikiran dan tindakan. Di antara ciri orang yang bahagia, tulis Jalaluddin Rakhmat, ialah emosi positif. Frederickson menyebutkan empat keadaan emosi positif : joy (keceriaan), interes (ketertarikan), contentment (kepuasan atau kelegaan), dan love (cinta atau kasih sayang).
Untuk membangun emosi positif dalam belajar mengajar, Dr.Georgi Lozanov Bapak Accelerated Learning asal Bulgaria kemudian menggunakan iringan musik. Musik mengurangi stres, meredakan ketegangan, meningkatkan energi, dan memperbesar daya ingat. Musik menjadikan orang lebih cerdas, tulis Jeannette Vos The Music Revolution.
Dan selama menggunakan musik dalam belajar, Lozanov menemukan bahwa musik barok menyelaraskan tubuh dan otak. Ia, khususnya, membuka kunci emosional untuk memori super : sistem limbik otak. Sistem inii tidak hanya mengolah emosi, tetapi juga menghubungkan otak sadar dengan otak bawah sadar.
Bagaimana caranya agar emosi positif yang telah kita bangun itu dapat bertahan lama. Bagimana pula cara membangun emosi positif yang kemudian dapat menjadi semacam kebiasaan. Apakah dengan membiasakan diri membangun emosi positif, kita lantas tidak boleh mengisi diri kita dengan emosi negatif misalny kita tidak boleh marah. Apa kira-kira alat bantu selain musik yang dapat memudahkan diri kita dalam membangun emosi positif. Apakah emosi positif dapat kita tularkan kepada orang lain. Apa ciri-ciri fisik dari orang-orang yang memiliki emosi positif.

DAFTAR PUSTAKA

Bobbi De Porter & Mike Hernacki, 2001, Quantum Learning, Membiasakan Belajar Nyaman dan menyenangkan. Bandung: KAIFA
Hakim, Thursan, 2001, Belajar Secara Efektif, Surabaya, Usaha Nasional.
Hernowo, 2004, menjadi Guru yang Mau dan Mampu Mengajar Secara Menyenangkan, Bandung, Mizan Learning Center (MLC)
4http://w,ww.scribd.com/doc/7422782/Skripsihubungan-Motivasi-Belajar-Dengan-Hasil-Belajar-Siswa (Kamis, 5 April 2010, jam 23.20)
Nawawi Hadari, 1997, Belajar dan Teori Pembelajaran, Jakarta, Universitas Terbuka.
I Nyoman Degeng, 2008, Strategi Pembelajaran Penataan Dan Penyampaian Isi , Surabaya, Universitas PGRI Adi Bhuana Surabaya
Oemar Hamalik, 2008, Kurikulum Dan Pembelajaran, Jakarta PT Bumi Aksara.
Yatim Riyanto, 2009, Surabaya, Paradigma Baru Pembelajaran, Kencana Prenada Media Group.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar